Penuhi Masjid dan Majelis taklim


Masjid yang telah di bangun dengan gaya arsitektur inda dengan biaya yang mahal, seakan akan meratapi nasibnya karena sepi dari jamaah. Masjid meneteskan "air matanya"  karena masjid sudah berubah bagaikan "kuburan cina". Bagus bangunannya, tetapi hampa ruh jihadnya (para jamaahnya). Masjid yang indah dengan bahana suara pengeras suara Menggeleger dan  menerpa seluruh sudut kehidupan, tetapi dari zikir dan muru'ah islamiah. 

PUISI

Lihatlah masjid di hadapanmu
Indah bangunannya mahal harganya
Tengok dan Masuklah
Reguk dan nikmatilah ratapannya..

Mihrab berukir itu telah mulai lapuk
Tikar dan karpet mulai mumuk
Bukan karena lelah menyangga jiwa gemuruh
Tetapi terlalu lama tak lagi disentuh

Lihatlah masjid di hadapanmu
Ketika Muazin melaungkan mutiara ilahi
Angin menerapa sepi
Fajar berlalu mengiringi mimpi 
Membalut jiwa yang telah lama mati

Masjid semakin menjerit
Takutkan diri bagaikan fosil
Seperti Borobudur dan taj mahal

Tidakkah jiwamu tergetar
Bila seribu tahun lagi ada bocah bertanya,
"Wahai kakek, bangunan apakah yang berkubah ini?
Dan sang kakek menjawab, "Wahai cucuku,
kata orang namanya masjid.
Zaman dahulu, nenek moyang kita beragama islam,
karena mereka tidak bersatu."
Masjid itu menjadi fosil dan seperti yang kita lihat sekarang,
hanya sekadar tempat
para turis kafir yang mencuci mata.

Masjid semakin menangis
Karena dibangun sekadar saksi sejarah
Fosil tanpa jiwa muru'ah!
Audzubillahi min dzaalik

Terkadang kita diusik sebuah pertanyaan, masih perlukah membangun masjid lagi..? Sedangkan masjid yang ada pun sepi dari umatnya! Jawabannya berpulang kepada kita. tentu saja, masjid masih perlu dibangun karena pertimbangan rasio penduduk islam, tetapi jauh lebih penting dari sekadar membangun masjid secara kuantitas adalah upaya kita semua menjadikan nilai masjid sebagai pelita umat dan melahirkan berbagai Kegiatan yang berkualitas. Masjid harus kita jadikan pusat perjuangan umat beragama islam.....